Permainan bongkar pasang ini dapat
merangsang kreativitas dengan membuat berbagai bentuk objek yang diinginkan
sesuai dengan imajinasi. Mulai dari kendaraan, gedung, karakter kartun, dan
lain sebagainya yang dibentuk dengan menyusun bricks Lego satu demi
satu. Lahir setelah perang dunia kedua di Denmark, mainan yang mengasah
kemampuan berimajinasi ini memiliki cara untuk dimainkan yang sangat sederhana,
yaitu dengan menyusun satu demi satu bricks sebagaimana seorang arsitek
yang membentuk sebuah bangunan. Karena cara dimainkannya sangat mudah dan Lego
terus membuat inovasi-inovasi baru, permainan ini semakin lama semakin populer
sehingga nama Lego sudah tidak asing lagi di telinga anak-anak maupun dewasa.
Mainan
ini tercipta karena gagasan seorang toymaker bernama Hilary Fisher Page. Lego
sendiri merupakan mainan yang berkonsep bongkar pasang yang didirikan pada
tahun 1939 oleh Page bersama Perusahaannya Kiddicraft. Namun kemudian Page
bunuh diri pada tahun 1957 karena perusahaannya bangkrut. Tidak lama setelah
itu, Lego yang meniru konsep Kiddicraft justru sukses di dunia.
Ole
Krik Kristiansen, pendiri Lego, ditawari mesin pembuat barang dari plastik dan
anaknya, Godtfred tertarik pada mainan bricks Kiddicraft yang dibawa
oleh si sales. Ole kemudian menyempurnakan design Kiddicraft
dengan membuat tabung pada bagian bawah bricks agar bricks dapat
tersambung satu dengan yang lainnya dengan lebih mudah. Pada tahun 1958, Ole
membuat bricks menurut versinya sendiri dan sukses.
Beberapa hal membuat produk Lego
lebih dikenal dn sukses dari pada produk Kiddircraft seperti konsistensi. Tak
peduli seberapa banyak perjanjian lisensi cantik dengan franchise
hiburan ternama – seperti baru-baru ini dengan Walt Disney, semua bergantung
pada bata Lego yang terbuat dari plastik acrylonitrile butadiene styrene
yang dicetak dengan presisi.
Tak hanya cetakan bata yang
harus presisi dan konsisten, dari segi strategi pemasarannya pun Lego berusaha
untuk konsisten, terutama untuk menarik minat konsumen anak-anak perempuan
karena Lego telah lama diasosiasikan sebagai permainan anak lelaki. Merek
mainan ini pernah mengalami kegagalan untuk menarik minat konsumen anak
perempuan, sampai akhirnya berhasil dengan diluncurkannya permainan digital, Friends,
pada tahun 2012.
Permainan digital tersebut
adalah bentuk kekonsistenan Lego dalam upayanya meraih pasar anak perempuan.
Dengan sentuhan yang ‘halus’ tapi signifikan, Friends berhasil
membuat Lego Friends menarik di mata konsumen anak perempuan.
Selain meluncurkan Friends,
Lego juga mengeluarkan iklan gambar yang menampilkan anak perempuan dengan
ekspresi bangga memegang kreasi buatannya dari Lego. jika
diamati Iklan yang dirilis pada tahun 2013 tersebut, konsepnya sama dengan
iklan yang dirilis pada tahun 1978 yang menampilkan model anak laki-laki. Iklan
terbaru tersebut menunjukkan konsistensi Lego berupa adaptasi.
Lego mempelajari perbedaan cara
anak lelaki dan perempuan dalam mempermainkan permainan Lego. Anak lelaki
cenderung membangun sesuatu dari bahan yang ada di boks, sedangkan anak
perempuan cenderung ‘membangun’ cerita atau imajinasi dari kreasinya atau yang
sebut ‘lifestyle’ seperti yang
ditampilkan dalam produk Lego Friends.
Dengan tetap mempertahankan
konsistensinya, Lego dinilai mampu beradaptasi dengan perubahan waktu dan
memperluas pasarnya. Lego masih menjadi permainan yang mampu memberdayakan
anak-anak. Hanya saja, ajakan Lego kepada anak-anak untuk membangun sesuatu
dari bata Lego menjadi lebih bernuansa sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar